Senin, Maret 16, 2009

Suramadu Harapan Baru

expr:id='"post-" + data:post.id'> (Sebuah tanggapan atas tulisan Ali Usman, (KOMPAS/05/03/09)
Mendekati rampungnya jembatan Suramadu merupakan harapan baru bagi masyarakat Madura dalam menata tatanan sosial ekonomi ke arah yang lebih baik. Suramadu dambaan baru masyarakat Madura. sebab, kerampungan jembatan yang panjangnya sekitar 5,5 km itu mempermudah akses sosial ekonome bagi masyarakat pulau garam.

Sebagai masyarakat Madura kita semua patut berbangga dengan adanya proyek besar suramadu yang akan semakin mempermudah masyarakat Madura. Tentu saja ada pro dan kontra, tapi kalau kita mau berpikir lebih jernih, pasca rampungnya suramadu yang oleh pemerintah provinsi jatim ditargetkan akhir maret selesai, adalah berkah yang luar biasa. Pasalnya, Suramadu akan memberikan kemudahan bagi mobilitas masyarakat Madura yang mempunyai jiwa dagang. investor baik local, maupun asing akan tertarik melihat potensi yang dimiliki oleh pulau Madura. Ini akan menjadi keuntungan tersendiri bagi masyarakat Madura secara ekonomis.
Potensi Madura dari aspek pariwisata akan semakin mempermudah investor menanamkan dananya. Selain itu juga potensi laut yang sangat baik dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat bila hal ini diperhatikan oleh pemerintah sebagai agenda pasca Suramadu. Industry hasil laut misalnya, yang akan meningkatkan geliat ekonomi masyarakat diwilayah pesisir. Selain itu, posisi strategis Madura yang akan menjadi “Surabaya kedua” akan menjadi nilai tawar bagi investor.
Kekhawatiran banyak orang tentang akan terjadi perubahan tatanan social masyarakat sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan selama itu mengarah pada sesuatu yang lebih baik. suramadu akan menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Madura yang agamis untuk mempertahankan nilai-nilai kearifan local. bagaimanapun perubahan tidak bias kita tolak datangnya selagi ia menjajjikan peluang kesejahteraan yang lebih besar. pemerintah sebagai stake holder tentu saja berkepentingan dan berkewajiban untuk mengawal hal ini. tidak hanya berhenti pada rampungnya suramadu dan penataan ekonomi saja, tentu saja budaya dan kearifan local harus di perhatikan. peran pemerintah serta tokoh masyarakat sangat diharapkan dalam hal ini.
Dalam rangka menjaga kebudayaan dan kesenian asli Madura agar tidak tergantikan sebaiknya dilakukan oleh semua kalangan. pemerintah daerah dengan regulasinya serta masyarakat dengan tokohnya yang selalu tampil didepan dalam hal ini. maka harus ada gerakan yang mewadahi segala bentuk kekhawatiran masyarakat ini. dibutuhkan pelembagaan dan sosialisasi budya dan tradisi local yang massif oleh semua kalangan. dengan demikian, budaya local tetap menggema, perubahan must go on. sebuah kebenaran akan diterima melalui proses; ditolak, dipikirkan, dan selanjutnya akan diterima dengan. dalam teori perubahan sosial
Industrialisasi Tidak Perlu Dikhawatirkan
Kekhawatiran adanya industrialisasi sebenarnya merupakan kekhawatiran yang tidak beralasan dijaman modern seperti sekarang. dengan catatan, bahwa pemerintah harus mempunyai kerangka teoritik yang matang dalam menata tatanan masyarakat Madura pasca suramadu. sangat penting untuk menata ruang bagi industrialisasi yang mungkin akan sangat gencar, mengingat masyarakat Madura yang mayoritas petani. ketika semua dijalankan sesuai dengan benar, saya yakin semua akan berjalan sesuai harapan kita semua. kehidupan masyarakat Madura yang relative agamis, religious berjalan seimbang dengan kemajuan teknologi dan perekonomian sekitarnya, tentu saja akan menjadi kebanggaan tersendiri.
Sebaliknya, kalau tatanan social budaya masyarakat berubah kea rah yang berlawanan, semisal hedonism, pola hidup konsumtif dan foya-foya, maka hal itu merupakan tanggung jawab kita bersama. pemerintah dan tokoh masyarakat (kiai) dituntut berperan sentral dan strategis. bagaimana mempertahankan kearifan local, nilai-nilai spiritual dan religiusitas ditengah-tengah kemajuan jaman. atau dengan pilihan lain, masyarakat Madura tetap tidak butuh suramadu dengan kondisi social ekonomi yang masih “rendah”. saya piker sudah saatnya masyarakat Madura beradaptasi “dengan dunia luar” yang penuh tantangan dengan menerima dengan bangga hadirnya suramadu. dengan keuletan masyarakat Madura, kesejahteraan akan semakin mudah bila didukung oleh peran pemerintah yang memperioritaskan kepentingan masyarakat Madura. Semakin takut dengan perubahan akan semakin membuat masyarakat Madura semakin sulit “beradaptasi” dan begitu seterusnya hingga bila itu berlanjut ia akan menjadi masyarakat yang tertinggal. sekali lagi ini tantangan bagi masyarakat Madura yang punya semboyan madu dan darah. Saat ini tantangannya adalah bukan keberanian untuk “mengadu nyawa”, tapi lebih kecil dari itu, yaitu sejauh mana masyarakat Madura dapat beradaptasi dengan perkembangan jaman tanpa meninggalkan budaya dan kearifan lokalnya.
Pemerintah harus mengimbangi sikap masyarakat Madura yang secara hirarkis tunduk, patuh, pasrah dan taat kepada empat figure, yaitu buppa, babbu, guru, rato (pemerintah) dengan tidak mengecewakan masyarakat Madura dikemudian hari. Melunaknya sikap masyarakat yang sebelumnya kontra mungkin saja merupakan efek dari adanya provokasi dari berbagai oknum. Masayarakat harus mulai dicerdaskan dengan bias menilai tanpa dikompori oleh pihak-pihak yang mungkin saja menjerumuskan. Peringatan bagi Madura untuk tidak selalu saja tunduk patuh pada empat figure itu. kalau masyarakat masih tidak mau berpikir rasional dengan patuh tunduk begitu saja, maka ini akan rentan dijadikan objek bagi kepentingan-kepentingan yang tidak bertanggung jawab secara politik maupun ekonomis. Oleh Karena itu, sudah saatnya masyarakat Madura mengkonstruk ulang pola piker ketundukan dan kepatuhannya dengan diimbangi cara berpikir logis dan kritis. kalau tidak, maka ia akan menjadi boomerang yang akan rentan memecah belah masyarakat oleh provokasi yang tidak bertanggung jawab. seperti hanya suramadu yang butuh pikiran kritis masyarakat, tidak hanya pemerintah dan tokoh masyarakat (kiai). Kalau demikian dua kelompok ini akan rawan dengan “kompromi abu” yang tidak menguntungkan masyarakat. peran LSM, organisasi kemasyarakatan serta masyarakat secara umum urgen dibutuhkan dalam mengawal kebijakan pemerintah pasca Suramadu. Dinamika konstruktif dari berbagai pihak itulah yang akan semakin mendewasakan masyarakat Madura ke depan.

[+/-] Selengkapnya...

[+/-] Selengkapnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bg